Reportase Optimalisasi Pencegahan Progresivitas DM dengan Intervensi pra DM dan Penguatan Promosi Kesehatan serta Sosialisasi Platform Digital BAHIMAT
Reportase
Optimalisasi Pencegahan Progresivitas DM dengan Intervensi pra DM dan Penguatan Promosi Kesehatan serta Sosialisasi Platform Digital BAHIMAT
12 Agustus 2025
PKMK-Balikpapan. Pertemuan lintas sektor strategis baru-baru ini diselenggarakan di Balikpapan untuk membahas pengendalian diabetes melitus (DM) yang menjadi isu kesehatan masyarakat yang mendesak. Data tahun 2023 menunjukkan prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 11,7%, dimana Kalimantan Timur menempati urutan kedua secara nasional setelah DKI Jakarta, dengan Balikpapan memiliki klaim BPJS tertinggi di wilayahnya, menandakan banyaknya penderita. Dalam menanggapi situasi ini, Balikpapan telah meluncurkan program “Bahimat: Balikpapan Hidup Manis Tanpa Gula”, sebuah inovasi tingkat Kota yang didukung oleh website khusus (https://bahimat.balikpapan.go.id/) dalam upaya edukasi dan informasi. Program ini secara aktif menginternalisasi motto Kota Balikpapan, “Kubangun, Kujaga, Kubela,” yang diterjemahkan menjadi upaya membangun sistem pencegahan, meningkatkan kapasitas SDM, menjaga kesehatan warga dari risiko, serta melindungi masyarakat dari dampak sosial ekonomi diabetes.
Junling Weng menyatakan bahwa dengan peningkatan beban penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) di Tiongkok menuntut adanya pilihan terapi intensifikasi yang lebih superior setelah kegagalan kontrol dengan insulin basal. Kondisi terapi kombinasi dengan dosis tetap antara insulin degludec dan liraglutide (IDegLira) hadir sebagai salah satu alternatif baru yang menjanjikan perbaikan kontrol glikemik. Namun demikian, nilai ekonomis yang diperoleh masih memerlukan pembuktian ilmiah lebih lanjut jika dibandingkan dengan regimen intensifikasi lain, seperti terapi basal-bolus atau kombinasi terpisah insulin basal dengan agonis GLP-1 dalam konteks sistem kesehatan Tiongkok.
PKMK-Nusa Dua Sesi ini menghadirkan beberapa penelitian terkait biaya yang terkait untuk penyakit-penyakit tidak menular. Tim peneliti dari CHEPS UI yang dipimpin oleh Prof Budi Hidayat mempresentasikan hasil analisis data JKN antara 2016 hingga 2019. Biaya berasal dari data JKN 2019, disesuaikan dengan inflasi terhadap angka 2024, dan dikonversi ke USD untuk kejelasan.