Reportase IHEA Congress 2025 Topik Diabetes Care
Reportase IHEA Congress 2025
Hari 1: 21 Juli 2025
Topik
Diabetes Care
Cost-utility of IDegLira Versus Alternative Basal Insulin Intensification Therapies in Patients With Type 2 Diabetes Mellitus in a Chinese Setting
Junling Weng menyatakan bahwa dengan peningkatan beban penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) di Tiongkok menuntut adanya pilihan terapi intensifikasi yang lebih superior setelah kegagalan kontrol dengan insulin basal. Kondisi terapi kombinasi dengan dosis tetap antara insulin degludec dan liraglutide (IDegLira) hadir sebagai salah satu alternatif baru yang menjanjikan perbaikan kontrol glikemik. Namun demikian, nilai ekonomis yang diperoleh masih memerlukan pembuktian ilmiah lebih lanjut jika dibandingkan dengan regimen intensifikasi lain, seperti terapi basal-bolus atau kombinasi terpisah insulin basal dengan agonis GLP-1 dalam konteks sistem kesehatan Tiongkok.
Weng menyatakan untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebuah analisis evaluasi ekonomi dilakukan dengan menggunakan Model Kohort dari Swedish Institute for Health Economics (IHE). Tiongkok melakukan simulasi dengan mengambil perspektif sistem kesehatan di Tiongkok dengan horison waktu 30 tahun. Proyeksi ini bertujuan untuk memproyeksikan luaran biaya dan jumlah tahun hidup berkualitas (QALYs). Data efikasi klinis dimanfaatkan untuk perbandingan antar-terapi bersumber dari rangkaian uji klinis DUAL, yang secara spesifik membandingkan IDegLira dengan terapi lainnya pada populasi pasien DMT2 yang tidak terkontrol dengan terapi sebelumnya.
Penelitian ini sebenarnya bertujuan untuk menyediakan bukti dasar mengenai posisi IDegLira dalam alur tatalaksana DMT2 di Tiongkok. Pertimbangan yang diambil adalah antara biaya yang dikeluarkan dengan manfaat kualitas hidup yang dihasilkan. Hasil analisis ini dapat menjadi landasan bagi para pembuat kebijakan dalam memutuskan alokasi sumber daya kesehatan yang efisien dan merumuskan pedoman terapi diabetes yang berbasis bukti dan bernilai ekonomis tinggi untuk populasi di Tiongkok
Cost-Utility Analysis and Drug Pricing of Icodec Versus Degludec for Type 2 Diabetes Patients With Basal Insulin-Treated in China
Shan Shan Hu menyatakan kepatuhan pasien terhadap injeksi insulin basal harian merupakan salah satu tantangan terbesar dalam manajemen Diabetes Melitus Tipe 2 di China. Pasien yang sering kali berujung pada inersia klinis dan melakukan kontrol glikemik dengan hasil yang tidak optimal. Insulin icodec merupakan sebuah analog insulin basal baru dengan durasi kerja sangat panjang yang memungkinkan injeksi sekali dalam seminggu. Insulin ini muncul sebagai terobosan yang berpotensi menyederhanakan regimen terapi dan meningkatkan kepatuhan. Meskipun demikian, penggunaan ini telah disetujui untuk digunakan di Tiongkok. Insulin ini memiliki harga pasar yang belum ditetapkan dan menjadi pertanyaan krusial bagi pengguna/ pasien.
Studi ini dirancang untuk dua tujuan utama yaitu pertama, melakukan evaluasi pada dampak kesehatan dan efektivitas biaya dari insulin icodec mingguan dibandingkan dengan insulin degludec harian. Kedua, untuk mengidentifikasi rentang harga insulin icodec yang paling cost-effective. Studi ini menggunakan analisis dari United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) Outcomes Model. Model ini digunakan untuk mensimulasikan luaran jangka panjang, dengan data klinis dari uji coba ONWARDS 2 sebagai input utama. Perspektif yang digunakan adalah dari penyedia layanan kesehatan di Tiongkok.
Hu menggambarkan dengan membandingkan proyeksi biaya dan tahun hidup berkualitas (QALYs), penelitian ini memberikan bukti ekonomi yang esensial. Hasilnya tidak hanya menginformasikan apakah icodec merupakan investasi kesehatan yang lebih baik dibandingkan degludec, tetapi juga menawarkan sebuah koridor harga yang rasional bagi pemerintah dan pembuat kebijakan. Hal ini menjadi dasar negosiasi untuk memastikan bahwa inovasi terapi dapat diakses oleh pasien tanpa membebani sistem kesehatan secara berlebihan atau beban pada pemerintah.
Economic Evaluation of the Joint Asia Diabetes Evaluation Public-Private Partnership Program in Hong Kong: A Patient-Level Simulation Analysis
Eric S.H. Lau menyatakan bahwa sistem kesehatan di Hong Kong mengalami ketidakseimbangan antara sektor publik yang memiliki beban tinggi dan sektor swasta yang lebih rendah, terutama dalam penanganan penyakit kronis seperti diabetes. Hal ini sebagai respon, model kemitraan antara pemerintah-swasta (KPS) dieksplorasi sebagai solusi, salah satunya melalui program Joint Asia Diabetes Evaluation (JADE). Program ini merupakan platform berbasis teknologi yang menyediakan penilaian risiko terstruktur dan terpersonalisasi, yang kemudian diimplementasikan dalam tiga tatanan berbeda: perawatan publik standar (Non-JADE), perawatan publik dengan intervensi JADE (JADE), dan model kemitraan di mana pasien dirawat di komunitas (JADE-PPP).
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi ekonomi dengan membandingkan efektivitas biaya dari ketiga model perawatan tersebut. Studi ini menggunakan Chinese Diabetes Outcome Model yaitu sebuah model simulasi pada pasien yang dikembangkan dari data ekstensif Hong Kong Diabetes Register. Peneliti memproyeksikan biaya perawatan dan jumlah tahun hidup berkualitas (QALYs) pasien. Pendekatan ini memungkinkan analisis dimana ada keterbatasan data observasional dan waktu studi yang pendek.
Hasil studi menunjukkan gambaran yang jelas mengenai nilai investasi dari model perawatan terintegrasi berbasis teknologi dalam sebuah skema kemitraan. Studi ini menawarkan bukti krusial bagi para pengambil kebijakan di Hong Kong mengenai apakah model KPS seperti JADE-PPP merupakan strategi yang efisien dan berkelanjutan untuk mengurangi beban pada sistem kesehatan publik sekaligus meningkatkan kualitas perawatan bagi pasien diabetes dengan membandingkan luaran klinis dan biaya ekonomi yang dikeluarkan.
The Cost-Effectiveness of Continuous Glucose Monitoring (CGM) for Adults With Type 1 Diabetes in Ireland
Gintare Valentelyte menyatakan meskipun prevalensi diabetes di Irlandia relatif stabil, penyakit ini terus menjadi beban substansial bagi sistem pelayanan kesehatan, terutama untuk pasien Diabetes Tipe 1 (DMT1). Teknologi Pemantauan Glukosa Berkelanjutan atau Continuous Glucose Monitoring (CGM) dengan mobile aplikasi telah terbukti secara internasional mampu meningkatkan kontrol glikemik dan mengurangi komplikasi. Namun adopsi di Irlandia masih terhambat oleh kurangnya bukti secara ekonomi di tingkat lokal. Meskipun, pedoman nasional baru telah merekomendasikan CGM, evaluasi formal mengenai nilainya dalam konteks Irlandia tetap diperlukan.
Studi ini secara spesifik bertujuan untuk mengisi kekosongan bukti tersebut dengan mengestimasi efektivitas biaya CGM seumur hidup dibandingkan dengan metode standar pemantauan mandiri terhadap glukosa darah (SMBG) untuk orang dewasa dengan DMT1. Tim peneliti mengadaptasi sebuah model mikrosimulasi canggih yang dikembangkan oleh US CDC untuk konteks Irlandia, dengan memasukkan data dari kohort pasien lokal, struktur biaya nasional, dan perspektif sistem kesehatan publik Irlandia
Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan CGM tidak hanya lebih unggul secara klinis, namun juga menghasilkan tambahan tahun hidup berkualitas (QALYs) karena kontrol HbA1c yang lebih baik. Namun, juga secara mengejutkan bahwa CGM bersifat hemat biaya dalam jangka panjang. Hasil ini memberikan justifikasi secara ekonomi dengan kuat untuk mendukung implementasi penuh pedoman nasional untuk pelaksanaan CGM dan memastikan bahwa pasien di Irlandia dapat mengakses teknologi yang terbukti efektif dan efisien secara finansial.
Reporter:
M Faozi Kurniawan (PKMK UGM)